Sigit Qurdowi tersangka teroris yang tewas tertembak di Sukoharjo itu adalah pimpinan kelompok Laskar Hisbah,Sigit bukanlah nama yang asing di kota Solo,karena Laskar Hisbah yang di pimpinannya pernah terlibat gesekan dengan masyarakat atau sesama elemen yang lain.
Menurut sumber dari detikcom,Sigit dan Laskar Hisbah pernah bersitegang terhadap para wartawan yang hendak meliput jalannya pemakaman teroris asal Solo.Namun hal itu tidak berlangsung lama karena di lakukan mediasi antara para wartawan dan pemimpin Laskar pada akhir 2010,namun Sigit lebih memilih untuk tidak hadir dalam mediasi itu.
Dari pertemuan itu diketahui bahwa banyak juga pimpinan laskar yang sudah tidak sejalan dengan Sigit Qurdowi karena Sigit dan Laskar Hisbahnya sering mendiskreditkan kelompok-kelompok yang lain.
Yaitu Kholid Syaifullah seorang aktivis muslim di Solo,3 tahun yang lalu dia pernah dekat dengan Sigit.Mereka sama-sama di tahan di Mapolresta Sukaharjo pada 2005 atas kasus perusakan kafe di Solo,mereka di vonis hukuman percobaan satu tahun.Menurut Kholid,pada periode 2004-2008 Sigit pernah aktif sebagai pengurus DPC Partai Bulan Bntang Kota Surakarta.
Semua teman-teman Sigit kaget atas penangkapan yang di lakukan Polisi terhadap Sigit dan Hendro atas kasus terorisme.Mabes Polri mengatakan Sigit adalah pimpinan dari Tauhid Wal Jihad yang selama ini telah beraksi dari Cirebon sampai Klaten.
Khalid masih belum percaya kalau Sigit terlibat terorisme dan memiliki kemampuan yang di sebutkan oleh pihak kepolisian,"setahun lalu saya bertemu dia,tak ada berubah dalam sikapnya.Dia memang keras dan teguh memegang pendapaat,tapi saya tidak akan percaya dia terlibat terorisme.setahu saya dia tidak pernah keluar dari Solo,apalagi masuk ke daerah konflik,lalu di mana dia belajar menggunakan senjata api?kalau mas Sigit jago mancing saya percaya,saya tahu betul tentang keahlian mas Sigit",ujar Kholid.
Sumber detikcom yang lain juga mengungkapkan pendapatnya bahwa Sigit Qurdowi tidak memiliki keahlian dalam menembak,apalagi merakit bom Namun Sigit bergabung dengan kelompok yang memiliki keahlian tersebut.Mantan terpidana kasus terorisme ini mengaku bahwa dirinya pernah di datangi Sigit dan kawan-kawannya dan meminta untuk di ajari cara merakit bom.
"Saat itu saya menolak,karena saya tidak menemukan dasar atau alasan yang cukup untuk melakukannya.Tak lama kemudian saya mendengar ada rentetan bom molotov di Solo dan sekitarnyapada akhir 2010 hingga awal 2011.Mungkin saja itu bom yang mereka bikin seadanya,dan daya ledaknyapun sangat tidak memadai", ungkap sumber dari detikcom tersebut.
No comments:
Post a Comment